Murasabak- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI, Muhadjir Effendy menyebutkan kita butuh sekali menggali kebudayaan untuk kemakmuran masyarakat. Hal ini disampaikan Menko PMK dihadapan ribuan masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada acara kenduri Lawang Swarnabhumi di Kampung Laut Kecamatan Kuala Jambi, Senin (19/9). Untuk itu Muhadjir mengajak seluruh masyarakat untuk terus menggali kebudayaan dan mempertahankan kekayaan kebudayaan yang ada dilingkungan masyarakat setempat.
‘’Sebenarnya kita punya tanggungjawab bersama untuk menggali kebudayaan, itu. Termasuk merawat dan meruwat Sungai Batanghari ini,’’ katanya.
Menko PMK menjelaskan, sebagai warga negara Indonesia kita harus bangga karena pada tahun 2017 lalu telah disyahkan Undang-Undang Nomor 5 tentang Pemajuan Kebudayaan. Undang-undang ini merupakan acuan legal formal pertama di Indonesia untuk mengelola kekayaan budaya yang ada di Indonesia. Saat ini Pemerintah terus tancap gas untuk mempercepat bagaimana memajukan kebudayaan-kebudayaan yang ada di daerah. Karena, tambah Muhadjir, kebudayaan nasional itu terdiri dari puncak-puncak budaya lokal atau daerah.
‘’Untuk itu Pemerintah Daerah juga harus mendalami undang-undang ini. Karena undang-undang inilah yang menjadi acuan legal formal untuk menggali, melestarikan, mengembangkan dan memajukan kebudayaan yang ada di daerahnya masing-masing. Juga Pemerintah telah menyiapkan sekitar 9 aturan turunan terkait hal tersebut,’’ ungkapnya.
Bahkan, Pemerintah pusat juga telah menganggarkan melalui APBN dan DAK untuk berbagai kegiatan kebudayaan hingga beasiswa. Seperti halnya Sungai Batanghari, yang semula memiliki nilai peradaban yang sangat tinggi yang kini telah mengalami pencemaran. Meski butuh kerja keras dan kesadaran semua pihak, kita untuk kitab isa mengembalikan kejayaan Sungai Batanghari seperti 200 hingga 300 tahun yang lalu.
‘’Butuh kesadaran semua pihak, untuk kita mengebalikan fungsinya seperti sebelumnya,’’ ujarnya.
Seperti halnya anomali sampah sungai Batanghari, Muhadjir menyakini, bahwa persoalan sampah ini bukan hanya berasal dari sampah masyarakat sekitar, bisa saja sampah ini berasal dari luar Ketika air laut pasang dan masuk ke perairan tersebut. Persoalan demi persoalan ini lah yang menyebabkan berbagai hal terjadi, termauk musim yang tak menentu, abrasi hingga banjir rob. Selain itu, perlu dilakukan penghijauan daerah inggir sungai dengan penanaman mangrove yang merupakan salah satu menghindari kehancuran tersebut.
‘’Untuk itu tidak ada kata lain, salah satu caranya ada penghijauan, menanam pohon seperti mangrove,’’ ungkapnya.
Menanam pohon ini adalah merupakan wujud dari perlawanan kita terhadap ancaman kerusakan sungai. Sahwat-sahwat para penebang pohon, tambang-tambang illegal yang berakibat pada lingkungan kita sendiri. Bahkan banyak sekali bekas-bekas tambang yang ditemui tidak bisa diselamatkan kembali.
‘’Untuk menyelamatkannya dalam waktu dekat mungkin tidak bisa, butuh waktu yang sangat Panjang dan ongkos yang besar untuk pemulihan. Resikonya Kembali pada lingkungan itu sendiri apabila tidak segera dipulihkan,’’ bebernya.
Oleh karena itu Muhadjir Kembali mengajak seluruh masyarakat untuk menggali kebudayaan dan menjaga kelestarian sungai. Pemerintah bersama seluruh masyarakat harus terus menggaungkan menggali kebudayaan dan menjaga kelestarian sungai itu.
‘’Mari kita jaga dan pelihara Bersama,’’ ujarnya.
Komentar Facebook