Jambi--Hari ini (6/10) merupakan hari bersejarah bagi H Ambo Tang, SE, dirinya secara resmi dilantik sebagai Bupati Tanjung Jabung Timur oleh Pj Gubernur Jambi, H Irman, di ruang Pola Kantor Gubernur, menggantikan H Zumi Zola, STP, MA yang resmi mengundurkan diri karena pencalonannya sebagai Gubernur Jambi.
Jauh sebelum dilantik sebagai bupati, Ambo Tang telah mengarungi asam garam kehidupan. Perjalanan hidupnya bak air mengalir. Ia hanya mengikuti alirannya menuju muara. Gagal jadi polisi, Ia mencoba berdagang. Kemudian beralih profesi menjadi tukang ojek yang dijalaninya selama sembilan tahun. Sebelum akhirnya menjadi politisi. Tak terbayangkan sedikit pun oleh Ambo, bahwa suatu ketika Ia akan menjadi seorang bupati di tanah kelahirannya.
Ambo tumbuh besar di lingkungan keluarga tanpa adanya sosok seorang ayah. Sejak umur lima tahun, Ia dan keempat saudaranya sudah ditinggal sang ayah Daeng Pawata, untuk selama-lamanya. Ambo sendiri merupakan anak keempat. Ibunya Dumma, yang kemudian membesarkannya.
“Saat itu Ibu bekerja seorang diri untuk menghidupi kami,” kenang Ambo Tang.
Perjuangan seorang ibu untuk menghidupi lima orang anak yang masih kecil tentulah bukan pekerjaan yang ringan. Kerja keras ibunya ini menjadi rekam jejak yang tak mungkin terlupakan seorang Ambo Tang. Dan gambaran itu menjadi pegangan dirinya saat Ia berupaya menamatkan sekolah dengan hasil biaya dari kerja serabutan.
Pahit getirnya kehidupan sangat dirasakan Ambo, saat duduk di bangku SMP. Saat dimana Ia mulai merasakan bagaimana sosok ibunya bekerja keras, membanting tulang demi menghidupi anak-anaknya. Termasuk membiayai sekolah Ambo, dan saudara-saudaranya yang lain.
Faktor ekonomi keluarga yang memprihatinkan itu tidaklah membuatnya terbebani dalam meraih prestasi di sekolah. Malah makin melecut semangatnya dalam belajar. Alhasil, prestasi akademiknya termasuk unggul. Posisi tiga besar tak pernah lepas dari genggamannya, mulai dari kelas satu hingga lulus SMP. Sementara dikegiatan sekolah seperti Pramuka dan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Ia termasuk menonjol.
Ia kerap terpilih sebagai duta sekolah untuk mengikuti Jambore Pramuka di tingkat kabupaten maupun provinsi. Bagi Ambo, kegiatannya di kepanduan itu sendiri merupakan bagian dari pelepasan hasratnya yang lama terpendam. Ia sangat memimpikan menjadi polisi. Keinginan itu tumbuh sedari Ia masih anak-anak, saat sering melihat polisi berseragam.
“Kalau melihat polisi berseragam, Saya sampai terbayang sepanjang hari. Gagah sekali kelihatannya,” ungkap Ambo.
Nah, demi mengejar mimpi menjadi polisi, Ambo, pun lebih memilih melanjutkan pendidikannya di Sekolah Guru Olahraga (SGO) Muara Bulian, Kabupaten Batanghari. Sekolah kejuruan yang mendidik tenaga guru olah raga itu dianggapnya bisa menjadi batu loncatan, untuk mendekatkan impiannya menjadi polisi. Karena di sekolah itu Ia berharap lebih bisa menjaga kebugaran untuk menghadapi test di kepolisian.
Namun untuk mewujudkan tekadnya itu, tidaklah segampang bayangannya. Terbatasnya biaya dan hidup jauh dari orang tua membuatnya harus rela kerja keras untuk menamatkan sekolah. Kerja serabutan yang bisa menghasilkan uang dilakoninya. Dari berdagang kecil-kecilan hingga menjadi kuli bangunan pun dijalaninya. Tekadnya yang membaja itu kadang sampai bisa mengalahkan rasa lapar dan dahaga selepas dari sekolah.
“Apa saja yang bisa menghasilkan uang halal akan saya jalani, karena saya yakin suatu saat kita akan mendapat yang terbaik,” ujarnya.
Hebatnya, rasa lelah berperas keringat terbayarkan dengan raihan prestasi akademik sekolahnya. Sama seperti saat Ia masih di SMP, peringkat juara umum kembali digenggamnya. Dan prestasi itu terus bertahan semenjak dari kelas satu hingga meraih ijazah akhir. Prestasi sekolah yang mentereng itu membuatnya mendapat perhatian khusus dari para guru. Dan sesekali ia kerap diminta menggantikan peran guru untuk mengajar kawan-kawannya di kelas.
Bukan pretasi akademik saja yang menonjol dari Ambo Tang, para guru dan nama daerah Kabupaten Batanghari pun turut bangga dengan prestasi yang dicetaknya dibidang olah raga. Ia kerap meraih juara dalam cabang olah raga pencak silat dan karate.
Dari dua cabang beladiri yang dikuasainya itu, Ia beberapa kali meraih medali. Diantaranya pada Pekan Olahraga Daerah (Porda) tahun 1998 di kelas bebas cabang olahraga Pencak Silat. Medali Perak Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) tahun 1997, melalui olahraga Karate di kelas bebas. Serta medali perak kejuaraan INKAI terbuka Muara Bulian tahun 1997.
Kesempatan untuk mewujudkan impiannya menjadi polisi langsung disambarnya saat ia menamatkan SGO. Ambo bergegas mendaftar dikepolisian. Sayang, setelah menjalani test, Ia terpaksa harus mengubur impiannya menjadi polisi. Ia dinyatakan gagal disalah satu tahapan test. Dan saat itu Ia sempat merasakan kegalauan. Bingung untuk berbuat apa. Tapi itu tak berlangsung lama. Ia banting stir dengan mulai merintis usaha. Mulai dari berdagang asongan di Batam sampai menjadi pedagang antar pulau.
Setelah menjelajah zona antar pulau dengan berdagang, akhirnya Ia kembali ke kampung halamannya di Nipah Panjang. Usaha dagang dilepasnya. Dan Ia menekuni profesi baru sebagai tukang ojek. Zaman itu, ojek menjadi sarana alternatif yang sangat diandalkan. Karena roda transportasi darat masih begitu minim, warga lebih mengandalkan jalur sungai dan laut sebagai sarana angkutan.
Profesi ojek ketika itu termasuk yang laris manis. Ambo yang sudah terbiasa kerja keras tidak memilih waktu dalam menjalani pekerjaan ini. Malam hari pun kadang Ia masih membawa penumpang yang minta diantar sampai jauh dari Kecamatan Nipah Panjang. Tidak ada rasa gentar dalam dirinya. Atau pun risau dengan kondisi cuaca pesisir timur yang cepat berubah. Medan jalan yang sukar dilalui akan ditempuhnya bila sudah ada penumpang yang menyewa ojeknya.
Sembilan tahun lebih Ambo menjalani hari-hari sebagai tukang ojek. Tak terhitung sudah berapa banyak penumpang yang saban hari mengandalkan jasanya. Termasuk pelanggan setia yang mengenalnya. Dan itu menjadi salah satu keberuntungan Ambo. Karena dari ngojek itu bukan hanya uang yang di dapatnya. Ia juga memiliki banyak kenalan hampir dibanyak tempat. Dan itu sangat menguntungkan dirinya ketika kelak Ia terjun sebagai politikus.
Kesempatan itu datang setelah Ia bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN) Kecamatan Nipah Panjang. Peluang menjadi anggota DPRD Kabupaten Tanjab Timur terbuka lebar, setelah PAN memastikan dirinya turut serta sebagai kontestan di Pemilu tahun 2004. Berbekal nomor urut calon legislatif 1 dari daerah pemilihan 2, Ia berhasil mendulang suara sebanyak 1.685. Dan suara itu cukup untuk mengantarkannya duduk sebagai anggota parlemen Tanjab Timur.
Setelah duduk sebagai wakil rakyat, karirnya di partai mulai meroket. Ia masuk dalam struktural jajaran partai sebagai Wakil Sekretaris DPD PAN Tanjab Timur pada tahun 2003. Keberadaan dirinya parlemen dan posisinya yang strategis di lingkaran elit partai, membuat namanya masuk sebagai calon kuat di bursa kandidat wakil bupati mendampingi Zumi Zola Zulkifli, di periode 2011-2016.***
Komentar Facebook